7 Alasan
Mengapa Twitter Lebih Menyenangkan Daripada Facebook dan Blog
Setelah sekian lama saya menggunakan media blog untuk menulis. Menggunakan social media seperti Facebook dan microblogging Twitter untuk berekspresi lewat status, akhirnya saya mulai menemukan mengapa main di microblogging seperti Twitter ternyata lebih menyenangkan ketimbang menggunakan Facebook dan blog.
Anda ingin tahu alasan-alasan saya? Berikut alasan-alasannya. Selamat menyimak:
- Menulis di Twitter (update status) nyaris tanpa mikir
lama. Ini berbeda sekali dengan nulis di blog yang butuh memeras otak
tidak sebentar untuk mencari ide, merumuskannya menjadi bentuk artikel,
dan terakhir menuliskannya menjadi sebuah postingan di blog. Kelebihan ini
bisa disejajarkan dengan Facebook namun menjadi berbeda saat membalas
komentar karena di Twitter lebih simple cara membalas setiap komentar yang
masuk.
- Kalau di Facebook karena pertemanan sistemnya sejajar
maka update status cenderung dua arah sama seperti di blog, sementara di
Twitter tidak. Ini sekali lagi membuat kita lebih enjoy ngetweet (update
status) daripada update di FB yang berharap status kita diberi komentar
oleh orang lain atau diberi jempol. Ingat pengemis jempol dalam artikel
saya sebelumnya.
- Tidak pernah ada perasaan malu atau tidak nyaman jika
tweet kita di Twitter tidak dibalas (reply) follower karena di
Twitter status lebih kepada pemberian informasi atau broadcast. Ini
tentu berbeda dengan Facebook dan blog yang berharap ada respon atau feedback
dari para pembaca.
- Twitter segmen pemakainya baru menyasar kepada kelas
orang tertentu, belum kepada semua kalangan. Setidaknya ini di negara
kita. Berbeda dengan Facebook yang menyentuh semua kalangan. Termasuk juga
blog yang bisa diakses semua orang. Ini tentu saja lebih terfokus. Ini
kelebihan yang pertama. Kelebihan Kedua, di Twitter kita bisa bebas memfollow
siapapun sesuai interesting kita tanpa perlu ribet. Di Facebook
tidak, harus melalui dinding approval orangnya, kecuali yang group
atau fanpage yang bisa bebas.
- Twitter membuat orang seperti saya bebas mengeksplorasi
apa saja yang ada di kepala saya tanpa Anda perasaan tidak enak dengan
teman atau relasi yang sudah terkoneksi dengan saya di Facebook. Mungkin
ini alasan personal saja buat saya, karena faktanya teman kantor saya
sedikit yang ngetweet dan lebih banyak yang main di Facebook apalagi
ngeblog jadi ini membuat saya bebas.
- Di Twitter pencarian informasi sangat mudah dan cepat.
Anda bisa mencari berdasarkan hastag atau ketik kata kunci lewat
kotak pencarian di Twitter. Dan karena mayoritas tweet orang bersifat
terbuka jadi hampir setiap topik bisa disearching di Twitter mirip
dengan pencarian informasi lewat search engine dan bisa update
secara realtime tiap detik dan menit terus bertambah kalau yang
kita searching adalah topik hangat. Dan kelebihannya yang lain,
lebih natural dan dari usernya langsung. Coba bandingkan dengan pencarian
informasi yang didapat di blog, seringkali penuh rekayasa dan jebakan SEO.
- Di Twitter kita jadi tahu topik apa yang lagi
"in" atau hangat dan menjadi trending topic, dibicarakan
banyak orang di seluruh dunia tanpa harus tersekat dengan menjadi teman
lebih dulu atau tidak seperti halnya di Facebook yang sistem informasinya
tertutup. Termasuk jika dibandingkan dengan penyajian informasi lewat blog
yang cenderung telat bahasannya. Baca "Basi".
Tidak ada gading yang tak retak! Itu peribahasa yang mungkin bisa menggambarkan situasi ini. Meski di artikel ini saya banyak menyebut kelebihan Twitter tapi yang namanya kekurangan juga selalu ada. Salah satu kekurangan terbesar Twitter adalah adanya pembatasan update status hanya maksimal 140 karakter. Ini tentu saja membatasi kebebasan kita berekspresi dalam menyampaikan sebuah pemikiran yang biasanya harus disampaikan secara panjang, dengan kalimat runtut dan penuh data untuk membangun argumentasi. Sulit untuk membangun argumentasi yang bisa dicerna oleh semua orang hanya dengan karakter sebanyak itu.
Barangkali ada yang iseng bertanya: Aneh? Bukankah tulisan ini aneh memuji-muji kelebihan Twitter, merendahkan blog, salah satunya, tetapi mengapa saya justru menuliskan artikel ini di media blog? Kenapa tidak lewat “Kultwit” (kuliah twitter) saja? HaHaHa....Bukankah ini kontra produktif? Jawab saya "Tidak". Saya sampai saat ini masih menggunakan ketiga-tiganya, kok. Karena ketiganya menurut pendapat saya saling melengkapi kalau disinergikan. Kekurangan yang satu bisa ditutup dengan kelebihan yang lainnya. Dan begitupun sebaliknya.
0 komentar:
Posting Komentar